Tempat Penitipan…

Beberapa waktu yang lalu ketika seorang teman yang memiliki sebuah bengkel mobil-mobil Eropa berkunjung, dia bercerita tentang kejadian yang di alaminya…
“Seminggu yang lalu saya ada tiga undangan nikahan seorang kerabat di daerah ciputat…” ujarnya.
“Kebetulan di bengkel saya ada tiga mobil pelanggan yang sudah selesai diperbaiki, biasanya yang benerin mobil di tempat saya, kalo dah selesai, minta di tes dulu sama saya, pernah ada yang minta ngetes mobilnya sejauh mungkin, sampai-sampai dia ngirim supirnya buat ngasih uang bensin, ya kira-kira kalo di ukur, bensin itu cukup buat perjalanan Jakarta Surabaya…”

“Wah lumayan dong mas, bisa jalan-jalan sampe Surabaya” saya memotong pembicaraannya.

“Hehe, ya saya kan montir, jadi sudah tahu sejauh mana mobil ini bisa di uji setelah saya perbaiki, kebetulan aja yang punya mobil gak ngerti mesin, jadi dia takut kalo mobilnya lagi perjalanan jauh terus mogok” Teman saya menimpali…

“Terus gimana dong…” penasaran juga saya.

“Ya saya tolak aja, saya tes yang jaraknya deket-deket aja” katanya lagi…

Kami terdiam beberapa saat…

“terus yang tadi gimana mas..” saya coba alihkan lagi ke topik pembicaraan pertama.

“O iya, lanjut yang tadi, nah yang mobil B*W yang tiga tadi kebetulan memang sudah selesai lebih cepat dari jadwal, yang satu mungkin sekitar hari senin lah baru di ambil yang punya, saya mikir, gimana kalo ntar ke undangan yang hari minggu, saya pake dulu B*W yang mau di ambil itu, sekalian ngetes, lagian kayaknya lebih ngejreng kalo ke acara nikahan pake B*W, mobil saya kan odong-odong…”

Selintas saya terpikir, mobil odong-odong yang kaya gimana, tapi ah daripada ceritanya dipotong lagi, mending disimpan aja dulu pertannyaan itu.

“Nah yang acara nikah yang lainnya saya gantian pake mobil yang dua lagi” katanya sambil senyum-senyum…

“Terus…” saya menimpali lagi, pengen cepet tahu juga endingnya kayak apa…

“Eh…pas Sabtu pagi supirnya yang mobilnya hari senin mau di ambil datang, “Mas mobilnya dah selesai belum ? soalnya bapak ada keperluan mendadak butuh mobil ini”.
“Saya jawab belum, padahal udah beres, masa saya bohong sama pelanggan sendiri, ntar gak berkah usaha saya” katanya..
“Kok gak nelpon dulu, dalam hati saya, biasanya juga konfirmasi dulu kalo mau ngambil”
“Udah pak, udah beres, Cuma belum saya tes, tapi gak ada masalah kok, itu cuma pengapiannya aja yang bermasalah, insya Allah lancar kok buat jarak jauh, pokoknya garansi lah.”

“Hehe…” nggak tahan juga saya pengen senyum. “Kan masih ada dua lagi” timpal saya.

“Nah…! Itu dia, nggak berapa lama berturut-turut saya di telpon yang punya mobil yang dua lagi, katanya mobilnya tolong diselesaikan cepat, hari Sabtu sore kalo bisa dah selesai, yang satu karena kekurangan mobil buat plesiran ke Bandung, yang satunya lagi saya lupa kepentingannya apa”
“Ya karena dah beres mobilnya, saya bilang silahkan saja di ambil, sudah beres kok, tapi sesuai rencana pemiliknya, diambilnya ya memang sabtu sore…”

“Hahaha…”kali ini saya tidak kuat menahan tawa.
Tiba-tiba tawa saya terhenti, saya lihat dia terdiam, kepalanya menengadah ke atas langit-langit…matanya tiba-tiba jadi sayu, raut wajahnya berubah jadi serius…
Kaget juga, “jangan-jangan dia tersinggung saya tertawa denger ceritanya, tapi masa sih…”

Akhirnya setelah terdiam beberapa saat…

“Jadi…sudah seharusnya kita tidak boleh kecewa, kalau apa-apa yang ada pada kita, tiba-tiba diminta oleh pemiliknya…”
“Apalagi sampai kita sedih, wong itu bukan hak kita, kita hanya diserahi tugas memperbaiki, berarti hanya sementara, dengan kata lain cuma dititipkan saja. Dan terserah pemiliknya mau di ambil kapanpun…”

Saya terhenyak mendengar kata-kata teman saya itu…setelah hampir setengah jam dia bercerita, ternyata makna dari pembicaraannya adalah ending yang tidak terduga oleh saya, sebuah kisah hikmah…Saya terdiam, pandangan saya tertuju ke wajah teman saya, kali ini saya ingin lebih menyimak kata-kata yang keluar dari mulutnya.

“Begitu juga Allah…”
“Dia menitipkan, kepada kita, anak, keluarga, harta, bahkan Jiwa kita yang dibungkus dengan kulit dan daging ini juga adalah milik-Nya…”
“Tidak pantas kita bersedih, apalagi sampai marah, ketika semua itu diambil lagi oleh-Nya, hak Allah kapan Dia akan ambil nyawa yang ada dalam tubuh kita, atau keluarga kita…Mungkin nggak pake telpon segala, karena hak Dia jugalah, dengan cara seperti apa akan diambil kembali kepunyaan-Nya. Harta yang ada di kita juga seperti itu…kalau seorang konglomerat seperti si anu (dia menyebut salah seorang konglomerat di Indonesia) tiba-tiba jadi bangkrut hanya karena harga saham anjlok drastis, itu sudah jadi kehendak-Nya, bukan karena krisis ekonomi global semata, itu Cuma cara Allah saja menyesuaikan dengan dinamika dunia. Sebenarnya buat orang-orang yang berpikir…, pasti akan memaknai itu sampai kepada Allah, bahwa Dia lah yang mengatur apapun yang terjadi di Muka Bumi ini…”
“Hemmm…coba kalau setiap orang yang ditimpa musibah itu senantiasa bertafakur kepada Allah, mungkin tidak ada lagi Caleg yang stress karena tidak terpilih, atau orang tua yang menangis berlebihan saat anaknya meninggal, apalagi dengan cara yang tidak wajar…”
Saya jadi ingat, dulu saya punya cita-cita ingin naik banyak mobil mewah, ternyata kesampaian juga, walaupun dulu mikirnya mobil sendiri yang dinaikin, tapi karena ketentuan Allah, mengabulkan cita-cita saya dengan punya bengkel, dan bisa gonta-ganti naik mobil mewah punya orang…mungkin saya tidak akan siap manusianya kalo dikasih harta sebanyak itu…Alhamdulillah dengan segini saja saya sudah banyak bersyukur…”

“Iya betul Mas…” Mulut saya tidak bisa menimpali apapun, atau bahkan berkomentar mengenai ceritanya barusan, kalimat-kalimat terakhir dari ceritanya membuat pikiran saya jauh melayang….
Teringat saya kepada satu ayat Al Qur’an Ali Imron ayat 189 “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Tiba-tiba suasana menjadi cair kembali, teman saya kemudian ngobrol lagi kesana kemari, setelah hampir dua jam kami mengobrol, kemudian dia pamitan karena hari itu dia ada janji yang lain lagi.

Setelah teman saya pergi, pikiran saya masih belum bisa beranjak dari ceritanya tadi, terutama hikmah yang terkandung dalam ceritanya tadi…
Betul juga ya, kenapa kita harus sedih kalau apa yang ditipkan kepada kita di minta kembali oleh pemiliknya, hal-hal seperti itu lah yang sulit kita pahami tanpa kita banyak-banyak bertafakur kepada-Nya, karena dengan bertafakur kepada-Nya, kita akan lebih mengimani terhadap ketentuan atau qodho dan qodar.
Semua hanya titipan, bahkan bisa menipu daya kita sehingga kita terlupa bahwa tugas kita di dunia ini semata-mata hanya beribadah kepada-Nya, bahwa hidup ini fana, bahwa kita dari tidak punya apa-apa, kemudian dititipkan harta, anak, dan lain-lain, kemudian akan menjadi tidak punya apa-apa lagi. Yang kita bawa hanya tabungan amal ibadah kita saja.
Seperti Firman-Nya dalam Qur’an Surat Asy – Syuura ayat 49 :
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki.”

Betul juga bahwa semua itu hanya tipu daya belaka,

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”(QS Ali Imron : 14)

Ya Allah hanya kepada-Mu hamba berlindung daripada segala tipu daya yang menjauhkan hamba dari-Mu.

Comments
6 Responses to “Tempat Penitipan…”
  1. kupatahu28 berkata:

    Nice Post…, Mengingatkan siapa kita sesungguhnya di hadapan-Nya….

    @Kupat…Betul, Kita tidak berhak untuk merasa memiliki atas segala sesuatu pemberian-Nya…karena sewaktu-waktu Ia akan mengambilnya…

  2. pertamaxxxx

    dalem banget maknanya…
    emang benar,, semua adalah titipan

    …Betul sekali, Mdh2an ada hikmahnya buat yang baca

  3. Terima kasih ilmunya

    Sama2, mdh2an bermanfaat

  4. berkunjung lagi sekedar jalan – jalan.
    update lagi dund?

  5. iyayah, semua ini hanya titipan allah.

Trackbacks
Check out what others are saying...
  1. cicicow berkata:

    […] Tempat Penitipan… […]



Tinggalkan komentar

  • Yang lagi liat-liat

  • IBSN

    Indonesians’ Beautiful Sharing Network